Pengertian konflik
Konflik
berasal dari bahasa Laitn: Confligo,
terdiri dari dua kata yaitu “con”
berarti bersama-sama dan “fligo” yang
berarti pemogokan, penghancuran atau peremukan. Dalam Kamus Umum Bahasa
Indonesia, Poerwadarminta, (1976:519) kata konflik berarti pertentangan atau
percekcokan.
Menurut Webster, (1974:213) dalam Daniel Carolus Kambey dikatakan bahwa kata konflik diserap dari bahasa Inggris, Conflict yang berarti: pertarungan (a fight), perbuatan kekerasan (struggle), persengketaan (a controversy), perlawanan yang aktif (active opposition hostility). Dalam Concise English dictionary, (1989), konflik di definisikan sebagai: a fight, a collision, a struggle, a contest, opposition of interest, opinions or purposes, mental strife, and agony. Konflik oleh para ahli organisai lainnya juga di definisikan menurut berbagai sudut pandang dan spectrum yang berbeda-beda antara lain sebagai berikut:
Menurut Webster, (1974:213) dalam Daniel Carolus Kambey dikatakan bahwa kata konflik diserap dari bahasa Inggris, Conflict yang berarti: pertarungan (a fight), perbuatan kekerasan (struggle), persengketaan (a controversy), perlawanan yang aktif (active opposition hostility). Dalam Concise English dictionary, (1989), konflik di definisikan sebagai: a fight, a collision, a struggle, a contest, opposition of interest, opinions or purposes, mental strife, and agony. Konflik oleh para ahli organisai lainnya juga di definisikan menurut berbagai sudut pandang dan spectrum yang berbeda-beda antara lain sebagai berikut:
No
|
Menurut Ahli
|
Definisi Konflik
|
1
|
Taquiri
dalam
Newstorm
dan Davis,
1977
|
Merupakan
warisan kehidupan sosial yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan akibat
munculnya keadaan ketidaksetujuan, kontroversi dan pertentangan antara dua
pihak atau lebih secara terus menerus.
|
2
|
Gibson, 1997
|
Hubungan yang selain dapat menciptakan kerjasama, tetapi
dapat juga melahirkan konflik.
|
3
|
Robbin, 1996
|
Konflik organisasi ditentukan oleh persepsi individu atau
kelompok. Jika mereka tidak menyadari adanya konflik di dalam organisasi,
maka secara umum konflik tersebut dianggap tidak ada. Sebaliknya jika mereka
mempersepsikan bahwa di dalam organisasi telah ada konflik maka hal tersebut
telah menjadi kenyataan.
|
4
|
Muchlas, 1999
|
Merupakan
bentuk interaktif yang terjadi pada tingkatan individual, interpersonal,
kelompok atau pada tingkatan individual yang sangat dekat hubungannya dengan
stress.
|
5
|
Minnery, 1985
|
Merupakan interaksi antara dua atau lebih pihak yang satu
sama lain berhubungan saling tergantung, namun terpisahkan oleh perbedaan
tujuan.
|
6
|
Robbin, 1993
|
Konflik dalam organisasi sering terjadi tidak simetris
dengan pihak yang sadar dan memberikan respon terhadap konflik tersebut, atau
satu pihak mempersepesikan adanya pihak lain yang telah atau akan menyerang
secara negatif.
|
7
|
Pace & Faules, 1994
|
Merupakan ekspresi pertikaian antara individu dengan
individu lain, kelompok dengan kelompok lain karena beberapa alasan.
|
8
|
Folger & Poole, 1984
|
Konflik dapat dirasakan,
diketahui, diekspresikan melaui perilaku-perilaku komunikasi.
|
9
|
Myers, 1982
|
Konflik
berpusat pada beberapa penyebab utama, yaitu tujuan yang ingin dicapai,
alokasi sumber-sumber yang dibagikan, keputusan yang diambil, maupun perilaku
setiap pihak yang terlibat.
|
10
|
Devito, 1995
|
Interaksi
yang disebut komunikasi antara individu yang satu dengan yang lainnya, tak
dapat disangkal akan menimbulkan konflik dalam level yang berbeda-beda.
|
Jenis-jenis konflik
Organisasi
dengan skala besar maupun kecil yang pernah mengalami dan menyelesaikan
konflik-konfliknya, setidaknya membagi jenis konflik menjadi 4, Sukanto,
(1996:232), masingmasing sebagai berikut:
1. Konflik peranan yang terjadi di dalam diri seseorang (person-role conflict) di mana peraturan yang berlaku tak dapat diterima oleh seseorang sehingga orang tersebut memilih
untuk tidak melaksanakan sesuatu sesuai dengan peraturan yang berlaku tersebut.
2. Konflik antar peranan (inter-role conflict) di mana orang menghadapi persoalan karena dia
menjabat dua atau lebih fungsi yang saling bertentangan seperti seseorang yang
menjadi mandor dalam perusahaan tetapi juga sebagai ketua serikat pekerja.
3. Konflik yang timbul karena seseorang harus memenuhi
harapan beberapa orang (intersender
conflict), misalnya seorang rektor yang harus memenuhi permintaan dari
dekan-dekan fakultas yang berlainan atau dekan yang harus mengakomodir semua
kepentingan/kebutuhan para ketua jurusan yang juga sangat bermacam-macam.
4. Konflik yang timbul karena disampaikannya informasi
yang saling bertentangan (intrasender conflict).
Penyebab Konflik
Berdasarkan
hasil kesimpulan beberapa definisi tentang konflik yang telah disebut di atas,
konflik sebagai sebuah situasi timbul karena adanya sebab yang
mengkondisikannya. Sebabsebab umum yang sering menimbulkan konflik dalam suatu
organisasi menurut Agus Hardjana, 1994:24 antara lain:
1. Salah pengertian, informasi/berita yang tidak
dikomunikasikan secara lengkap/utuh dapat menimbulkan konflik. Informasi yang
lengkap dan jelas tetapi tidak disampaikan tepat waktu juga dapat menimbulkan
konflik. Dari sisi penerima informasi/pesan, semua pesan telah diterima secara
komplit/utuh, jelas, tepat waktu, tetapi salah dalam memahami dan
menterjemahkan informasi yang diterima tersebut. Pengumuman tentang akan adanya
pemadaman listrik di suatu organisasi tidak sampai pada operator genset/diesel
penggerak listrik pengganti akan menyebabkan terganggunya operasi mesin
presensi on line atau bagian olah
data di departemen penelitian dan pengembangan.
2. Perbedaan tujuan kerja karena perbedaan nilai hidup
yang dianut. Orang yang bekerja karena ingin mendapatkan upah/gaji demi
menghidupi ekonomi keluarga akan sangat berbeda motivasi/semangat dan cara
kerjanya jika dibandingkan dengan orang yang bekerja hanya karena ingin
mengabdikan dirinya sebagai panggilan hidup. Orang-orang yang secara materi
sudah berkecukupan, bekerja kadangkala hanya digunakan untuk memperoleh status
sosial saja, sehingga kondisi semacam ini memunculkan disorientasi kerja antara
orang satu dengan lainnya.
3.
Perebutan dan persaingan dalam hal fasilitas kerja dan
suatu jabatan yang terbatas. Konflik dapat muncul dalam situasi di mana
orang-orang yang berkeinginan untuk menduduki jabatan supervisor, manajer,
direktur, sampai presiden direktur sangat banyak sementara pospos jabatan yang
ingin dituju sangatlah terbatas. Perebutan/persaingan pos-pos jabatan seperti
di atas sangat potensial menimbulkan gesekan kepentingan. Keterbatasan
fasilitas kendaraan dinas, alat kerja seperti komputer, mesin ketik,
kalkulator, dan tempat parkir juga bisa menjadi perebutan dan saling menguasai
satu sama lain.
4. Masalah wewenang dan tanggungjawab. Jenis pekerjaan
yang bermacam-macam dan saling memiliki keterkaitan satu sama lain memungkinkan
terjadinya lempar tanggungjawab atas pekerjaan tertentu. Dalam organisasi yang
besar dengan kompleksitas pekerjaan dan masalah yang besar, batas-batas
wewenang dan tanggungjawab antar lini atau bagian/departemen walaupun sudah
jelas dan terstandar tetapi seringkali masih menyisakan persoalan-persoalan
yang di luar kebiasaan. Contoh nyata adalah bagian persuratan, bagian
distribusi, dan bagian pengemudi. Ketiga unit kerja dengan tugas dan
tanggungjawabnya masing-masing pada situasi tertentu bisa saling melempar
pekerjaan dalam hal pengiriman surat. Jika sudah terjadi demikian, maka
sebenarna konflik sudah terjadi walupun eksalasinya masih sangat sempit dan
sederhana. Akan tetapi bila kejadian ini terus terulang dan pimpinan tidak ada
upaya mengatasinya, maka bukan tidak mungkin konflik akan meluas yang
menyebabkan terganggunya pencapaian kinerja organisasi secara luas.
5. Penafsiran yang berbeda atas suatu hal, perkara, dan
peristiwa yang sama. Organisasi yang beranggotakan orang-orang dengan berbagai
latar belakang suku, agama, pendidikan, jenis kelamin, dan usia memiliki
tingkat heteroginitas yang sangat tinggi. Karena anggota organisasi yang
berbeda latar belakang, sudah barang tentu keinginan, harapan, sudut pandang,
ide, gagasan, dan tujuan setiap orang juga berbeda-beda pula. Perbedaan sudut
pandang terhadap suatu peristiwa antar individu memungkinkan munculnya
pertentangan pendapat yang bias menimbulkan konflik. Organisasi yang identik
dengan birokrasi, aturan, dan tata tertib memaksa tiap individu mematuhi dan
menepati aturan-aturan tersebut. Dalam menjalankan aturan dan tata tertib
seorang pegawai/karyawan ada yang tidak sama antar pegawai yang satu dengan
yang lain, hal ini diakibatkan oleh perbedaan penafsiran, sudut pandang, dan
interpretasi atas peraturan yang ada.
Menurut analisis saya dari beberapa
definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa konflik adalah segala macam interaksi
pertentangan atau antogonistik antara dua atau lebih pihak, Sukanto,
(1996:231). Dengan kata lain konflik merupakan ekspresi pertikaian antara
individu dengan individu lain, kelompok dengan kelompok lain pada level yang
berbeda-beda karena beberapa alasan/penyebab utama, yaitu tujuan yang ingin
dicapai, dan alokasi sumber-sumber yang dibagikan. Disamping itu, sikap
antagonistis dan kontroversi yang ditunjukkan oleh seseorang dalam situasi dan
peristiwa tertentu juga menjadi pemicu munculnya konflik dalam suatu
organisasi.
Referensi :
staff.uny.ac.id/sites/default/files/KONFLIK%20ORGANISASI_0.pdf
makasih kak infonya sangat lengkap
BalasHapusPaket suka suka